Wajo, HR.ID - Organisasi terbesar yang melibatkan keluarga
keturunan bugis Bone yang selama ini terus membenahi diri usai beberapa waktu
lalu Sulsel menjadi tuan rumah Rakernas yang diselenggarakan Penguirus Pusat, Jakarta pada Jumat 29 Juli
2022 di Hotel Four Points By Sheraton Ballroom Lotus Lt 2- Jln. Andi Jemma No 130
kota Makassar, Sulawesi selatan, kini kepengurusan Dewan Pimpinan Propinsi
(DPP) Kerukunan Keluarga Masyarakat Bone (KKMB) kembali melantik pegurus
baru disalah satu kabupaten.Tepatnya pada hari Senin 17 Oktober 2022 bertempat di ruang pola kantor bupati Wajo
Dewan Pengurus Kabupaten Kerukunan Keluarga Masyarakat Bone Kabupaten Wajo
dilantik dan dikukuhkan oleh ketua umum DPP KKM-Bone Sulsel, Drs. H Andi Syahriwijaya.
Acara pelantikan dan pengukuhan tersebut selain dihadiri oleh ketua dan sang sekretaris
serta beberapa jajaran pengurus DPP KKM-Bone, turut dihadiri oleh Bupati Bone
Dr. H. Andi Fahsyar Maidin Pajalangi . M.Si. Beserta rombongan forkopinda
Pemkab Bone, Bupati Wajo, Dr. H Amran Mahmud SE MM. Wakil Bupati Wajo H. Amran.
SE. Sekda Wajo Ir Armayani M.Si, yg juga putri Bone, Kapolres Wajo dan
forkopinda wajo serta beberapa tokoh masyarakat serta alim ulama Bone yang
berada di Kab. Wajo yang telah lama mengabdi dan menjadi bagian dari pesantren
AS’Adiyah wajo.
Ketua DPP KKM-Bone, H Andi Syahriwijaya dalam sambutannya mengatakan
bahwa KKM-Bone adalah rumah besar bagi wija tobone sebagai wadah silaturrahim
dan diharap wija senantiasa menjaga nilai nilai budaya tobone dalam perantauan.
"Mali Dipareppe, Mallilu Sipakainge, Siapakatau, Sipakalebbi.”
Kata andi Syahriwijawa dengan bahasa bugis
Ia juga berharap agar jajaran pengurus dan masyarakat Bone
lainnya yang berada ditanah Lamaddukelleng (Wajo), melakukan interaksi dengan masyarakat
lokal dengan penuh toleransi dan kedamaian.
“Motto orang Wajo kan, Maradekai To Wajoe, Ade’Emmi na
Popuang. yang bermakna bahwa orang wajo itu merdeka dan hanya menghormati dan
memuliakan orang yg berbudaya atau beradab,” Katanya yang disambut tepuk tangan
para hadirin.
Andi Syahriwijaya tak lupa berpesan untuk menitipkan Wija
tobone kepada bupati Wajo agar dapat berkontribusi dalam pembangunan
kesejahteraan di Wajo dan berharap agar wija tobone bergandengan tangan dengan
pemerintah Wajo.
Senentara itu Bupati Bone dalam sambutannya mengurai tentang
hubungan kekerabatan antara bone dan wajo di abad XVI. Urainya, bahwa kedua
kerajaan ini pernah membuat suatu koalisi 3 kerajaan yang disebut Tellumpoccoe
yg terdiri dari Bon, Wajo dan Soppeng yang ditandai dengan sumpah setia ketiga
kerajaan tersebut. dengan bersama menenggelamkan Batu sebagai simbol bahwa Bone,
Wajo dan Soppeng akan senantiasa saling mengingatkan membantu dalam menjaga
kerajaan Tidak akan saling mengkhianati.
“Tessibelleang Ola, perri’na Bone, sussana wajo dan Soppeng,”
kata Andi Fashaer
Untuk diketahui, perjanjian Tellumpoccoe berlansung pada
tahun 1582 merupakan kekuatan utama bagi kerajaan-kerajaan Bugis (Bone, Wajo,
dan Soppeng) dalam upaya mereka membangun perlawanan terhadap Kerajaan Gowa.
Perjanjian “Tellumpoccoe” ini, di mata penguasa Kerajaan Gowa, tidak saja
dipandang sebagai bentuk perlawanan secara terbuka dari para penguasa kerajaan
Bugis yang berada di daerah pedalaman, tetapi juga disadari sebagai satu bentuk
strategi yang dilakukan oleh penguasa dari Kerajaan Bone untuk membendung
ambisi Kerajaan Gowa. Kedua kerajaan ini (Gowa dan Bone) telah sering berperang
di sepanjang abad ke-16 Bone yang saat dipimpin oleh Raja Bone ke-7 La
Tenrirawe Bongkange Arumpone (1560-1564).
La Tenri Rawe menjalin hubungan kerja sama dengan Arung
Matowa Wajo yang bernama To Uddamang, Datu Soppeng yang bernama Lamappaleppe
Pollipue. Maka diadakanlah pertemuan di Cenrana untuk memperkuat hubungan
antara Bone, Soppeng dan Wajo.
Maka sejak perjanjian kerjasama itu mereka cetuskan sejak itu
pula juga istilah "Mallamungeng Patue ri Timurung” pertemuan tiga kerajaan
yang lebih dikenal dengan nama Ulu Adae ri Timurung (Perjanjian TellumpoccoE)
yang diadakan di Timurung di suatu kampung kecil yang bernama dusun Bunne,
Kecamatan Ajangale, Kab. Bone.
Perjanjian Tellumpoccoe ini diprakarsai oleh Raja Bone dan
Kajaolaliddong (penasihat kerajaan). Tiga Batu sebagai penanda perjanjian, Kerajaan
Bone menanam batu besar menandakan bahwa Bone sebagai saudara tua, kemudian
Raja Wajo menanam batu dengan ukuran lebih kecil sebagai saudara tengah dan
batu dengan ukuran paling kecil ditanam oleh Raja Soppeng menandakan saudara
muda. Batu yang ditancapkan itu kemudian oleh orang Bugis disebut “Lamumpatu’e
ri Timurung”.
Hingga kini tugu peringatan penanda perjanjian Tellumpoccoe
masih terlihat di wilayah Timurung, Dusun Bunne, Desa Allamungeng Patue, Kecamatan Ajangale
Bone.
Dikesempatan yang sama, kembali ke pelantikan KKM-Bone, Wajo,
Dr Amran Mahmud bupati Wajo dalam sambutannya mengatakan bahwa Wajo, Bone adalah
bersaudara. Wajo adalah Bone Riaja dan Bone adalah Wajo.
“Betapa kuatnya persaudaraan ini sehingga sulit membedakan
wija tobone dan wija towajo karena dulu kerajaan Bone dan Wajo sudah terikat
tali kekeluargaan. Hubungan kekerabatan kedua kerajaan telah berlangsung sejak
era Sawerigading yang menikahi We Cudai di negeri Cina, Tanete Pammana, Wajo,”
papar Amran.
Cerita terkait Sawerigading yang memperisterikan Wecudai,
kala itu Wajo masih berstatus kerajaan kuno. Disebut dalam cerita adalah sebuah
kerajaan Cina yang tak lain adalah Bone. Saat diwilayah bugis hanya Dua
kerajaan utama, yakni Luwu dan Cina. Saat itu Bone disebut juga tanah Kessi
(Pasir). Sawerigading dan We Cudai
dikaruniai seorang anak yang diberi nama La Galigo.
Acara yang dirangkaikan dengan peringatan MaulidNabi besar Muhammad SAW, Ketua
Majelis Ulama Indonesia Sulawesi selatan Prof Dr KH. Najamuddin HS. Lc. MA Yang
juga selalu Wakil ketua Dewan Pakar DPP KKM-Bone Sulsel dalam ceeramahnya membawakan Hikmah Nabi besar Muhammad SAW.
Acara yg dihadiri kurang lebih 700 orang tersebut, dilantik
ketua terpilih DPK KKM-Bone Wajo, Drs. H
Nugamnad Ridwan Angka. M. Si. Yang juga anggota DPRD Wajo. Yang didampingi Sekretaris,
H Subhan S.PdI, M.Pdi.
Dalam pelantikan, turut mendampingi ketua yakni Sekretaris DPP yang
membacakan Surat keputusan tentang komposisi kepengurusan KKM-Bone, Wajo
Juga hadir, Prof Dr H Andi Husain Hamka Guru Besar ilmu politik
Universitas Bosowa, Dr Hj Andi Nurhidayati M.Si anggota Fraksi PPP DPRD Sulsel. Sementara dari Jajaran Pengurus DPP KKM-Bone
turut hadir mendampingi sang ketua, Sekretaris DPP KKMB Andi Ahmad Agung MBA, serta
jajaran pengurus lainnya yakni DR. H. Andi Laksmiwati, Ir. Summi Heriza Sikki,
H. Andi Basir SH, MH, Andi Dahrul SE, MM, Drs. Mustakim M.Si, Drs. Andi Madjid,
H. Andi Tahir SE dan Andi Yusniati Zaenuddin.
Red: (A.Ms Hersandy)